Minggu, 28 Maret 2010

Human Capital


Istilah modal manusia (human capital) (juga di sini), pertama kali secara luas diperkenalkan oleh Theodore W. Shultz dalam pidatonya di depan American Economic Association pada tahun 1961. Konsep pemikiran Shultz pada tahun 1961, yang kemudian dielaborasi oleh Becker pada tahun 1964 (Nan Lin, 2001, Social Capital, hal: 8), mendefinisikan modal manusia sebagai berikut :


“Value added to a laborer when the laborer acquires knowledge, skills, and other assets useful to the employer or firm in the production and exchange process … human capital is the added value embedded in the laborer themselves. Typically, human capital is operationalized and measured by education, training, and experience”.

Sementara itu Adam Smith mendefinisikannya :

“The greatest improvement in the productive powers of labour, and the greater part of the skill, dexterity, and judgement with which it is any where directed, or applied, seem to have been the effects of the division of labour. “


Burud dan Tumolo (2005, Leveraging the New Human Capital, hal: 11) mendefinisikan modal manusia sebagai berikut:

“The application of intellectual capital (knowledge, skills, and talent) plus relational capital (connections and relationships with customers, peers, and external associates) in the oursuit of an organization’s goals, to innovate (create new products and new services, and to improve business process)”.

Definisi yang diberikan oleh Shultz dan Becker, serta Adam Smith sangat eksplisit mengatakan bahwa modal manusia itu melekat kepada individu. Sedangkan Burud dan Tumolo tidak secara tegas menyatakan bahwa modal manusia itu melekat kepada individu. Bahkan Burud dan Tumolo menempatkan relational capital sebagai salah satu komponen modal manusia.

Tetapi ada suatu kesamaan dalam mendefinisikan modal manusia, yaitu :
Indikatornya adalah pengetahuan dan kemampuan, yang dibentuk oleh proses pendidikan dan pengalaman.

Berperan (role) sebagai faktor penentu untuk mencapai berbagai tujuan perusahaan (produksi, inovasi, penjualan, dan sustainability) dan bernilai ekonomis (ada nilai tambah).

Dengan demikian, penulis mendefinisikan modal manusia sebagai “pengetahuan dan kemampuan yang melekat kepada individu yang dibentuk oleh pendidikan dan pengalaman, yang dipergunakan untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan, atau komunitas sosial yang lebih besar”.

Sumber :
http://www.ririsatria.net/hr-management/human-capital/

Sumber Gambar:
http://aviantgroup.com/humancapital.asp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar